KONSOLIDASI NGO PAPUA BARAT: “Dari Konsolidasi Pemikiran ke Refleksi Berpikir”

imageswerPertemuan aktifis dan NGO Papua Barat yang nanti dilakukan di Sorong, saya memahaminya sebagai pertemuan untuk“Mengkonsolidasikan Pemikiran”. “Kenapa kita membutuhkan konsolidasi pemikiran?”  Pertanyaan ini bila dijawab menggunakan kesadaran nurani dan kejujuran, akan menepis pertanyaan, “kenapa kita tidak berkonsolidasi dalam program kerja?”

Pertanyaan di atas memberikan pesan, bahwa persoalan utama yang menggerogoti kerja-kerja NGO di Papua Barat, bukan karena rendahnya kapasitas aktifis dan lembaganya. Bukan karena ketiadaan sumber pendanaan atau tidak ada kepercayaan lembaga donor. Bukan karena sikap pemerintah yang tidak mendukung kerja-kerja NGO. Tidak juga diakibatkan oleh menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas kerja dan tanggungjawab sosial NGO.

Jika demikian, apa sebenarnya masalah NGO Papua Barat? Kenapa “Konsolidasi Pemikiran” lebih dibutuhkan daripada berkonsolidasi dalam program kerja. Untuk menjawabnya, sebaiknya setiap aktifis – dan NGO bercermin diri dan menguburkan sikap egoisnya. Dimaksudkan agar bisa obyektif menjawabdan tidak mencari kambing hitam.

Sebagai bagian dalam lingkaran aktifis – NGO Papua Barat, saya pribadi  sadar, bahwa kelemahan kerja-kerja NGO Papua Barat, bukan diakibatkan oleh faktor eksternal. Tetapi diakibatkan oleh kita sendiri. Kita saling melakukan pelemahan dan pembusukkan dalam lingkaran kita. Persaingan-persaingan yang yang terjadi selama ini, baik yang dilakukan secara sadar ataupun tidak, termotivasi untuk menunjukkan diri lebih hebat daripada orang lain. Gerakkan ini kemudian berujung pada sifat dan perilaku tidak sehat: saling menjatuhkan dan saling memangsa.

Apa sebenarnya akar persoalan yang melahirkan perilaku-perilaku sesat seperti ini? Menurut hemat saya, ketidakberesan dalam membangun tatanan komunikasi antar aktifis (baik antar pribadi maupun antar lembaga) adalah penyebabnya. Ketidakberesan ini kemudian melahirkan sifat saling curiga dan tidak saling percaya.

Melakukan diskusi-diskusi intensif dalam “Kelompok Sejuk”, pikiran saya membantah pernyataan, bahwa persaingan memperoleh kepercayaan donor adalah penyebabnya. Saya pun tidak setuju, bila ada anggapan bahwa perebutan wilayah – dan merebut kepercayaan masyarakat  sasaran program sebagai pemicunya. Continue reading